Adds
Monday, November 9, 2020
Tuesday, August 11, 2020
KONSEP LITERASI KEBENCANAAN: SEBUAH USULAN
abstraksi
Kondisi geografis dan geologis Indonesia menyebabkan bencana alam seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, tsunami, angin puyuh, dan letusan gunung berapi. Populasi penduduk yang besar dan padat, menyebabkan bencana alam yang berasal dari ulah manusia seperti kebakaran hutan, polusi dan kerusakan lingkungan juga menjadi ancaman. Perhatian besar telah diberikan pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan terhadap mitigasi bencana alam terutama sejak peristiwa Tsunami Aceh 2004. Walaupun demikian berbagai program mitigasi bencana tersebut belum menjadikan pengetahuan dasar tentang bencana alam menjadi sesuatu yang wajib dikuasai oleh masyarakat Indonesia. Tulisan ini mencoba mengusulkan agar literasi bencana menjadi salah satu literasi dasar yang wajib dikuasai oleh masyarakat Indonesia. Diharapkan di masa depan masyarakat Indonesia dapat menjadi masyarakat yang siap menghadapi bencana alam dengan menguasai literasi ini.
Naskah secara lengkap dapat diunduh di:
https://drive.google.com/file/d/1O7M1fsbXcOmAnZ1q1nqpgy7sAjY53_ba/view?usp=sharing
Evolusi Taksonomi Pembelajaran
Abstraksi
Taksonomi pembelajaran pada umumnya digunakan sebagai cara menggambarkan berbagai lingkungan dan perilaku belajar yang berbeda. Pendidik dan penyusun kurikulum menggunakan taksonomi pembelajaran untuk membedakan dan mengelompokkan tingkatan kognisi manusia. Contohnya, menghafal, memahami, atau menganalisis. Taksonomi sendiri awalnya lebih dikenal sebagai istilah pada dunia biologi untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan makhluk hidup sesuai ciri-cirinya. Demikian pula taksonomi pembelajaran bisa diartikan sebagai pengelompokan pembelajaran. Pengelompokan yang dimaksud dapat berdasarkan pengetahuan ataupun proses pembelajaran kognitif itu sendiri. Sejak kelahirannya pada tahun 1956, taksonomi Bloom telah diterima sebagai standar utama yang menjadi acuan bagi para praktisi pendidikan. Seiring waktu taksonomi pembelajaran baru muncul dan taksonomi Bloom pun berevolusi dan memunculkan berbagai taksonomi pembelajaran yang baru. Tulisan ini membahas taksonomi Bloom dan empat taksonomi lain yang diilhami oleh taksonomi Bloom dan telah diterima sebagai standar di dunia pendidikan.
LATAR BELAKANG
Pada tahun 1956 sebuah buku berjudul “Taxonomy of Educational Objectives, The Classification of Educational Goals, Handbook1: Cognitive Domain” diterbitkan. Buku yang ditulis oleh beberapa orang pakar pendidikan yang dikenal sebagai Committee of College and University Examiners dipimpin oleh Benjamin S. Bloom dari University of Chicago. Bloom juga berperan sebagai editor pada buku tersebut. Selain Bloom anggota lain dari tim tersebut adalah Max D. Engelhart, Edward J. Furst, Walker H. Hill, dan David R. Krathwohl. Buku ini menjadi buku yang sangat penting di dunia pendidikan karena memuat cara mengorganisasi tujuan pembelajaran secara hirarkis. Cara pengorganisasian tersebut yang disebut sebagai taksonomi Bloom, sebagai bentuk penghormatan kepada Bloom sebagai editor buku ini. Taksonomi Bloom telah memberikan pengaruh besar pada perkembangan dunia pendidikan bahkan hingga saat ini. Para akademisi, guru, pakar pendidikan, birokrat dan berbagai pemangku kepentingan hingga saat ini masih mengacu pada taksonomi Bloom walaupun telah 60 tahun lebih berlalu sejak buku tersebut diterbitkan. Dalam 60 tahun tersebut tentu saja telah lahir beberapa taksonomi pembelajaran lain baik yang mengacu pada Bloom ataupun tidak. Kebutuhan akan sebuah kerangka kerja untuk menentukan tujuan dan dan cara menilai keberhasilan proses pembelajaran mendorong para ahli dan praktisi pendidikan untuk melahirkan berbagai taksonomi. Tulisan ini membahas tentang evolusi taksonomi pembelajaran sejak lahirnya taksonomi Bloom. Kelima taksonomi yang dibahas pada tulisan ini adalah taksonomi Bloom sendiri dan empat taksonomi lain yang pada dasarnya merupakan hasil evolusi dari taksonomi Bloom.
Naskah lengkap dapat didownload di alamat berikut ini:
https://drive.google.com/file/d/1lA_umy8p5b1G0F825b1fNlgRLCIoZNnp/view
Sunday, May 10, 2020
Tragedi Imola 1994, Kepergian sang Legenda (Bagian kedua dari dua tulisan)
Pada hari Minggu pagi saat pemanasan, Ayrton Senna memfilmkan lap dari dalam mobil Williams dengan komentar melalui radionya untuk penyiar Perancis TF1. Alain Prost, rival abadi Senna yang telah pensiun dari F1, kabarnya antara lain karena kedatangan Senna di Williams, sekarang bekerja untuk saluran tersebut. Saat melihat Prost, Senna menyapanya dari radio mobilnya dengan mengatakan:
Sementara pada pertemuan itu, Senna berbicara dengan beberapa pembalap lain tentang mengadakan pertemuan berkaitan keselamatan ketika mereka semua berkumpul kembali di Monako. Michael Schumacher, Gerhard Berger dan Senna sendiri telah setuju untuk mereformasi Assosciation Driver Grand Prix (GPDA), dengan ketiganya menjadi direktur asosiasi. Bersamaan dengan briefing ini, perlombaan Piala Porsche sedang berlangsung di sirkuit. Dalam perlombaan ini, sebuah insiden terjadi dan pembalap Prancis Jacques Heuclin terluka serius, hal tersebut semakin menambah suasana muram hari itu.
Sementara itu, persiapan pra-balapan BBC sebagai pemegang hak siar telah dimulai. Setelah beberapa jam mengikuti acara sponsor, wawancara, dan persiapan lomba, para pembalap masuk ke mobil mereka siap untuk memulai Grand Prix. Tidak seperti biasanya, Senna melepas helmnya saat sudah di dalam mobilnya dan gambar-gambar televisi di seluruh dunia menunjukkan bahwa dia dalam suasana hati yang muram.
Pukul 14:00 tiba dan Senna memimpin para pembalap di warm up lap. Ketika mobil-mobil masuk ke posisi grid mereka, perhatian beralih dari kengerian dua hari sebelumnya ke balapan seru yang akan segera berlangsung. Lampu merah padam dan start balapan yang akan mengubah sejarah F1 selamanya dimulai.
PERLOMBAAN
Dalam hitungan detik setelah lampu start padam, bendera kuning sudah melambai dengan panik. JJ Lehto di posisi 5 di grid stall dan gagal bergerak menjauh dari garis. Mobil-mobil mengalir melewati Benetton yang tidak bergerak tersebut dan setiap mobil yang melintas mendekat dengan kecepatan semakin tinggi. Tidak dapat dihindari bahwa akan ada mobil yang gagal melihat mobil yang tidak bergerak tersebut. Pedro Lamy yang start dari grid 22 dengan Lotus-nya menabrak bagian belakang Benetton JJ Lehto. Puing-puing, termasuk roda, terbang ke kerumunan dan sembilan penonton menderita luka ringan. Ada juga kekhawatiran bagi kondisi Lehto. Dia baru saja kembali setelah kecelakaan dalam tes di Silverstone yang telah membuat retak tulang belakang di lehernya. Untungnya, kedua pengemudi itu selamat tanpa cedera sedikitpun.
Safety Car keluar untuk ketiga kalinya setelah diperkenalkan di musim sebelumnya. Senna merasakan kecepatan safety car terlalu lambat, ia memposisikan mobil Williams nya di samping Safety car untuk meminta pengemudinya melaju lebih cepat tetapi itu sia-sia karena kecepatan safety car tersebut sudah maksimum. Sementara itu, mobil F1 di belakangnya kehilangan suhu ideal untuk ban dan rem. Empat lap yang cukup lama untuk membersihkan puing-puing di sekitar garis start dan baru pada akhir Lap 5 safety car masuk kembali ke pit. Perlombaan pun dimulai kembali. Lap 6 berlalu tanpa insiden tetapi Schumacher di peringkat 2 semakin mendekati Ayrton. Pada Lap 7 hal yang tidak terpikirkan oleh semua penggemar F1 pun terjadi.
Murray Walker memandu pemirsa Inggris lewat channel BBC melaporkan apa yang terjadi di sirkuit ketika mobil yang sedang di depan menabrak keras dinding kurva Tamburello.
"Yah, kita benar dengan Michael Schumacher sekarang, dan Senna, astaga! Saya hanya melihatnya melenceng ke kanan, apa yang sebenarnya terjadi di sana, saya tidak tahu. "
Mobil Senna telah meninggalkan lintasan dengan kecepatan 305 kp/j. Dia sudah berusaha mengerem sehingga kecepatan tumbukan dengan dinding beton adalah sekitar 200km/j. Bidikan kamera yang mencekam menunjukkan Senna tidak bergerak sama sekali. Semenit berlalu sebelum Profesor Sid Watkins tiba di tempat kejadian. Sejenak cerita utama adalah Senna gagal mencetak kemenangan untuk ketiga kalinya di musim ini. Banyak yang percaya itu adalah jenis tabrakan yang tidak fatal dan jika saja bagian suspensi yang menghantam helm Senna hanya beberapa inci lebih tinggi atau lebih rendah, kemungkinan besar Senna akan berjalan kembali ke paddock dengan selamat pada hari itu. Hal sebaliknya sedang terjadi di Tamburello, Senna tidak sadarkan diri dan hanya tingkat kebugaran Senna sajalah yang membuat kematiannya tidak instan.
Helikopter medis tiba dan mendarat di lintasan, siap mengangkut Senna begitu upaya telah dilakukan untuk menstabilkannya. Kembali di pit, satu mesin mobil tiba-tiba terdengar. Tim Larrousse sibuk mengerjakan mobil dan mungkin tidak memperhatikan monitor televisi. Entah bagaimana, mobil Erik Comas diizinkan untuk meninggalkan pit dan dengan cepat Comas dihadapkan dengan adegan kecelakaan saat ia menginjak rem di Tamburello. Dia beruntung tidak menabrak salah satu petugas kesehatan atau petugas medis yang ada di tempat kejadian. Dia menghentikan mobilnya dan segera keluar dari mobilnya, mencerminkan apa yang telah dilakukan Senna untuknya di Spa pada tahun 1992 dan menyelamatkan nyawa Comas. Tapi ia tidak berdaya melihat apa yang sedang terjadi. Ada kesimpangsiuran kenapa mobil Comas bisa meninggalkan pit, ada sebagian kabar yang mengatakan Comas sendiri yang memaksa untuk keluar pit dan menuju Tamburello karena melihat apa yang terjadi pada Senna.
Pukul 14.55 sore balapan kembali berlangsung. Perlombaan dimulai kembali pada Lap 6 dengan Lap 6 dan 7 sebelumnya dihapus. Untuk menambah kebingungan pada hari itu, sebagai akibat dari bendera merah, hasil balapan akan ditentukan secara agregat dari 5 lap pertama dan 53 lap yang tersisa. Nada suara Murray Walker telah berubah dari antusiasme menjadi tidak tertarik; balap tidak lagi penting pada hari itu. Pada titik ini semua orang berharap agar balapan segera berakhir. Pada hari lain, perlombaan sebenarnya akan dianggap berlangsung menarik: Berger telah menyalip Schumacher saat restart, Hill sedang berjuang keras dari belakang setelah melakukan kontak dengan Schumacher. Hakkinen memimpin 1 lap pertamanya dalam perlombaan F1. Gerhard Berger belakangan mengatakan justru bersyukur bahwa ia harus berhenti dari pimpinan lomba karena McLaren nya mengalami kerusakan suspensi.
Peristiwa mengerikan di akhir pekan belum berakhir. Pada Lap 48 ada insiden lain. Kali ini adalah Michele Alboreto di pit. Bannya lepas dan meluncur di pitlane, melukai empat mekanik - dua dari Lotus dan dua dari Ferrari . Kemudian memantul ke trek dan untungnya berhenti sebelum melukai orang lain.
Schumacher akhirnya memenangkan perlombaan dan bergabung di podium dengan Mika Hakkinen di posisi ketiga dan Larini di posisi kedua Bagi Larini ini adalah sebuah kejutan dengan satu-satunya podium yang pernah diraihnya dalam F1. Michael Schumacher telah dikritik di masa lalu karena merayakan kemenangannya di podium, tetapi kita harus ingat bahwa pada saat itu, kondisi Senna mungkin belum diketahui banyak pembalap. Tim akan menyimpan informasi itu dari mereka untuk tidak menghalangi fokus mereka dari balap . Michael Schumacher tahu bahwa Senna dalam keadaan kritis, tetapi tidak menyadari sampai setelah naik podium betapa buruk situasinya.
Ketika podium berakhir, penggemar meninggalkan sirkuit dan ada kesibukan dari orang-orang di paddock yang terdekat dengan Senna, termasuk Gerhard Berger yang berangkat dengan helikopter ke rumah sakit. Schumacher kembali ke motor home Benetton setelah naik podium dan, menurut kabar, bersumpah bahwa ia tidak pernah ingin balapan lagi setelah mendengar kondisi Senna. Mobil Ayrton telah dibereskan dan dibawa kembali ke pit dijaga oleh polisi bersenjata. Marshal menemukan bendera dari dalam kokpit. Itu adalah bendera Austria, yang akan dilambaikan Senna sebagai penghormatan kepada Roland Rateznberger seandainya ia memenangkan Grand Prix nya yang ke-42.
Sementara itu, pada pukul 4:30 sore, dokter dari rumah sakit Bologna membaca pernyataan yang mengkonfirmasi kondisi Senna - dia mengalami kerusakan otak dan koma.. Laporan berikut dijadwalkan pada pukul 6 sore. Dokter muncul kembali pada pukul 6:05 sore di tengah kerumunan yang sekarang muram dan gelisah. Ayrton Senna secara klinis sudah meninggal. Mesin pendukung kehidupan membuatnya tetap hidup secara artifisial, tetapi dia tidak akan pernah sadar. Hanya tiga puluh lima menit kemudian, ada kabar bahwa dunia balap telah kehilangan salah satu bintang terbesarnya. Ayrton Senna telah meninggal karena kerusakan otak yang tidak dapat dipulihkan.
Besarnya dampak kematian Senna dan dampak dari seluruh acara Imola pada olahraga motor tidak terduga. Orang-orang di media mulai mempertanyakan integritas F1 setelah itu. Publik mempertanyakan mengapa dua pembalap meninggal dalam dua hari dan apakah risiko balapan layak ditukar dengan nyawa. Koran-koran membutuhkan seseorang untuk disalahkan, seseorang untuk mengarahkan jari dan membuat seseorang menjadi figur penjahat untuk oplah penjualan koran yang lebih besar. Beberapa pihak percaya bahwa perlombaan seharusnya tidak pernah terjadi karena di bawah hukum Italia jika ada kematian di acara olahraga, sisa acara harus dibatalkan. Namun Ratzenberger meninggal di Rumah Sakit Bologna, bukan seketika di balapan tersebut. Orang-orang ingin tahu bagaimana kecelakaan Senna terjadi. Jawabannya akan dikerjakan dalam pertempuran pengadilan yang panjang yang berlangsung selama lebih dari satu dekade.
Di Brasil, curahan kesedihan sangat besar. Kepergian Senna dianggap sebagai tragedi nasional dan menjadi tiga hari berkabung nasional. Peti mati Senna diterbangkan kembali ke Brasil untuk pemakamannya yang disiarkan langsung di TV Brasil. 3 juta orang berkumpul di Sao Paulo pada 4 Mei untuk meratapi pahlawan mereka. Pemakaman itu dihadiri oleh pembalap dan juara Formula Satu terkemuka termasuk Alain Prost dan Jackie Stewart. Makamnya memiliki tulisan di batu nisan: "Nada pode me separar do amor de Deus", yang diterjemahkan sebagai "Tidak ada yang dapat memisahkan saya dari cinta Tuhan". Ayrton dimakamkan di Sao Paulo
Sebaliknya, pemakaman Roland Ratzenberger berlangsung pada 7 Mei di Salzburg. Di antara para pelayat, hanya 4 dari pengemudi tahun 1994 yang hadir. Ada Johnny Herbert, Heinz-Harald Frentzen, Gerhard Berger, dan sesama pembalap Austria Karl Wendlinger. Max Mosley presiden FIA juga hadir. Dia berkata:
“Roland sudah dilupakan. Jadi saya pergi ke pemakamannya karena semua orang pergi ke pemakaman Senna Saya pikir itu penting bahwa seseorang pergi ke rumahnya."
Roland memiliki rencana untuk mengambil bagian di Le Mans musim panas itu dan namanya dibiarkan tercantum pada mobilnya untuk mengenangnya pada balapan tersebut. Mobil tersebut finish di posisi ke-2 di LeMans.
WARISAN YANG TERAKHIR
Kematian bukanlah hal baru di F1. Tapi cara di mana akhir pekan Imola dipancarkan ke jutaan rumah di seluruh dunia berarti bahwa orang melihat langsung dampak kematian pengemudi pada olahraga ini. Keamanan harus ditingkatkan dan pembuat peraturan tidak membuang waktu untuk membuat F1 lebih aman. Warisan abadi Ratzenberger adalah perangkat HANS, yang mencegah jenis cedera yang diderita Roland. Perangkat ini diperkenalkan pada tahun 2001 dan dibuat wajib pada tahun 2003. Perangkat ini telah menyelamatkan banyak nyawa, tidak hanya di Formula Satu tetapi di seluruh motorsport. Selain itu, desain helm diperbaiki - visor dibuat lebih tebal dan helm dibuat lebih kuat. Perbaikan ini menyelamatkan nyawa Felipe Massa dalam kecelakaannya tahun 2009. Setelah kecelakaan akhir pekan Imola dengan roda dan batang suspensi, keamanan ban juga ditingkatkan. Sejak 1999, roda-roda mobil Formula Satu telah terpasang pada sasis dengan sling baja, yang berarti mereka tidak terlelmpar dari mobil saat terkena benturan. Batas kecepatan pit lane diperkenalkan. Insiden Alboreto di pit juga berarti kewajiban bagi kru pit untuk mengenakan helm setiap saat di pit lane. Itu juga membuat aturan diberlakukan untuk tidak ada anggota kru pit untuk keluar di pit lane kecuali mobil yang sedang mereka kerjakan sedang masuk pit.
Terlepas dari semua janji dan semua perubahan yang dibuat untuk putaran musim berikutnya, perasaan muram kembali mengambil alih paddock di Monako pada seri berikutnya. Selama latihan Kamis, kecelakaan besar bagi Karl Wendlinger membuatnya koma selama berminggu-minggu. Syukurlah, dia pulih dan, meskipun dia tidak pernah bisa kembali ke form terbaiknya di F1, dia tetap bisa balapan dan memiliki karir cemerlang di balap mobil turing. FIA dipaksa oleh opini publik untuk membuat banyak perubahan, yang mereka umumkan pada hari Jumat di Monako.
Segala perbaikan ini membuat F1 sangat aman selama 20 tahun. Tidak ada korban jiwa dari para pembalap hingga kecelakaan Jules Bianchi di Suzuka tahun 2014.
Dirangkum dari beberapa sumber, sebagian besar dari:
http://www.lightsoutblog.com/2016/04/28/imola-1994-the-full-story/